Naga, Merupakan Mahluk Yang Bukan Sekedar Dongeng
Written By Unknown on 5/25/2012 | 11.11.00
Naga
merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan bangsa China. Hal
ini dapat dilihat dari budaya China yang hampir semuanya berhubungan
dengan hewan legenda ini. Sebaliknya, para peneliti telah lama meyakini
bahwa naga hanyalah merupakan mahkluk khayalan semata yang hanya hadir
dalam legenda-legenda klasik.
Namun sebuah penemuan pada tahun 1996 seolah menjawab keragu-raguan para ahli. Para arkeolog di China berhasil menemukan fosil naga ini di Desa Guanling, Kota Anshun, China. Penemuan ini membuktikan bahwa hewan yang dikeramatkan ini a pernah ada.
Dalam bingkai ilmu pengetahuan, naga merupakan reptil yang hidup di samudra pada masa Triasik sekitar 200 juta tahun yang lalu. Naga merupakan makhluk amfibi, ia banyak menghabiskan waktunya di air dan terkadang berjalan ke daratan. Naga merupakan legenda yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat China. Hewan dari masa lalu ini, sering hadir dalam kisah-kisah masa lalu China dan dianggap sebagai makhluk yang istimewa. Orang Mandarin juga meyakini bahwa mereka adalah titisan dari naga.
Hal inilah yang membuat penemuan pada tahun 1996 ini di sambut baik masyarakat. Fosil naga yang ditemukan di Desa Guanling itu dilengkapi dengan sepasang tanduk di atas kepalanya. Wujud dari naga ini menyerupai hewan legenda yang sering terdapat dalam legenda. Fosil ini dalam kondisi baik dengan Panjangnya keseluruhan mencapai 7,6 m, kepalanya 76 cm dan lehernya 54 cm. Tubuhnya memiliki panjang 2,7 m serta lebar 68 cm, dan buntutnya 3,7 m.
Kepala naga ini berbentuk segitiga, dengan lebar mulut 43 cm. Bagian terlebar di kepala naga ini mencapai 32 cm, kedua tanduknya, dengan bentuknya yang simetris menjulang dari bagian terlebar tersebut dan berukuran 27 cm. Tanduknya berbentuk agak sedikit melengkung serta condong ke samping, sehingga semakin membuat fosil tersebut menjadi seperti naga dalam legenda. Fosil itu pada akhirnya dipamerkan pada tahun 2007 di Xinwei Ancient Life Fossils Museum di Anshun, Guizhou, China.
Tak pelak lagi, penemuan ini benar-benar mengegerkan masyarakat. Karena ini adalah pertama kalinya bagi China untuk menemukan sebuah fosil “naga” yang dilengkapi sepasang tanduk. Penemuan ini menyajikan bukti tentang kemungkinan naga memiliki tanduk. Penemuan fosil ini memberi informasi ilmiah yang penting bagi manusia untuk melacak asal-usul legenda naga di China.
Penemuan di Yunnan dan Sungai Liachoe
Namun sebuah penemuan pada tahun 1996 seolah menjawab keragu-raguan para ahli. Para arkeolog di China berhasil menemukan fosil naga ini di Desa Guanling, Kota Anshun, China. Penemuan ini membuktikan bahwa hewan yang dikeramatkan ini a pernah ada.
Dalam bingkai ilmu pengetahuan, naga merupakan reptil yang hidup di samudra pada masa Triasik sekitar 200 juta tahun yang lalu. Naga merupakan makhluk amfibi, ia banyak menghabiskan waktunya di air dan terkadang berjalan ke daratan. Naga merupakan legenda yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan masyarakat China. Hewan dari masa lalu ini, sering hadir dalam kisah-kisah masa lalu China dan dianggap sebagai makhluk yang istimewa. Orang Mandarin juga meyakini bahwa mereka adalah titisan dari naga.
Hal inilah yang membuat penemuan pada tahun 1996 ini di sambut baik masyarakat. Fosil naga yang ditemukan di Desa Guanling itu dilengkapi dengan sepasang tanduk di atas kepalanya. Wujud dari naga ini menyerupai hewan legenda yang sering terdapat dalam legenda. Fosil ini dalam kondisi baik dengan Panjangnya keseluruhan mencapai 7,6 m, kepalanya 76 cm dan lehernya 54 cm. Tubuhnya memiliki panjang 2,7 m serta lebar 68 cm, dan buntutnya 3,7 m.
Kepala naga ini berbentuk segitiga, dengan lebar mulut 43 cm. Bagian terlebar di kepala naga ini mencapai 32 cm, kedua tanduknya, dengan bentuknya yang simetris menjulang dari bagian terlebar tersebut dan berukuran 27 cm. Tanduknya berbentuk agak sedikit melengkung serta condong ke samping, sehingga semakin membuat fosil tersebut menjadi seperti naga dalam legenda. Fosil itu pada akhirnya dipamerkan pada tahun 2007 di Xinwei Ancient Life Fossils Museum di Anshun, Guizhou, China.
Tak pelak lagi, penemuan ini benar-benar mengegerkan masyarakat. Karena ini adalah pertama kalinya bagi China untuk menemukan sebuah fosil “naga” yang dilengkapi sepasang tanduk. Penemuan ini menyajikan bukti tentang kemungkinan naga memiliki tanduk. Penemuan fosil ini memberi informasi ilmiah yang penting bagi manusia untuk melacak asal-usul legenda naga di China.
Penemuan di Yunnan dan Sungai Liachoe
Penemuan
lainnya terjadi di Provinsi di dekat sebuah desa di Fuyuan, China
baratdaya pada tanggal 22 Januari 2007. Penduduk setempat menemukan
fosil naga berukuran kecil yang telah melekat pada lempengan batu di
dalam sebuah gua di atas sebuah bukit.
Para
petani di desa itu telah melakukan penggalian fosil sejak tahun 2000
untuk mencari “sisa-sisa” dari legenda naga karena terinspirasi oleh
penemuan naga yang dipamerkan di Guizhou. Para petani melakukan itu
untuk menambah penghasilan dengan menjual fosil tersebut kepada para
peneliti.
Sebelumnya,
untuk membuktikan keberadaan naga itu, para arkeolog China melakukan
ekskavasi sejak tahun 1983 di beberapa lokasi yang diyakini pernah
ditinggali oleh peradaban China kuno. Ekskavasi pertama dilakukan di
sekitar Desa Niuheliang, di kaki Gunung Merah (Red Mountain). Tepatnya,
berada di lokasi lembah SungaiLiachoe. Dari beberapa temuan membuktikan,
bahwa di daerah ini pernah ditinggali sebuah peradaban kuno yang cukup
maju ribuan tahun silam.
Pada penggalian pertama, para arkeolog menemukan dua potongan batu giok berbentuk seekor naga. Giok naga ini diukir secara halus, berwarna hijau transparan. Penemuan pertama ini, menurut para arkeolog sangat berharga. Dari bukti itu terlihat peradaban ribuan tahun silam memang sudah mengenal budaya ukiran yang sangat halus dan tak kalah indah dengan hasil pahatan zaman sekarang
Penggalian hingga tahun 2003 itu melibatkan puluhan arkeolog dari Research Institute of Lioning Province, dan telah menyelesaikan pekerjaan pada 16 situs. Mereka mengaduk-aduk situs pada areal 1.576 meter persegi. Menggali enam kuburan kuno yang diduga adalah kuburan para pimpinan masa itu.
Penggalian Fosil
Penggalian Fosil
Pada penggalian pertama, para arkeolog menemukan dua potongan batu giok berbentuk seekor naga. Giok naga ini diukir secara halus, berwarna hijau transparan. Penemuan pertama ini, menurut para arkeolog sangat berharga. Dari bukti itu terlihat peradaban ribuan tahun silam memang sudah mengenal budaya ukiran yang sangat halus dan tak kalah indah dengan hasil pahatan zaman sekarang
Penggalian hingga tahun 2003 itu melibatkan puluhan arkeolog dari Research Institute of Lioning Province, dan telah menyelesaikan pekerjaan pada 16 situs. Mereka mengaduk-aduk situs pada areal 1.576 meter persegi. Menggali enam kuburan kuno yang diduga adalah kuburan para pimpinan masa itu.
Penggalian Fosil
Penggalian Fosil
Dari
hasil penggalian itu, ditemukan 479 potong bukti-bukti yang mengarah
tentang keberadaan ular naga, dalam bentuk fosil rahang dan bagian tubuh
lainnya yang diduga merupakan bagian tubuh dari seekor ular besar.
Termasuk tiga potong patungnaga yang terbuat dari batu giok halus, yang
ditemukan dari kuburan kuno. Konon temuan giok patung naga itu, hampir
sama dengan temuan hasil ekskavasi di Desa Sanxingtala pada tahun 1970.
Desa ini masuk dalam wilayah Kota Cipeng di Monggolia Dalam.
Profesor So Bingqi, seorang arkeolog terkenal di China dan merupakan Ketua Asosiasi Arkeolog Cina mengungkapkan, temuan terbaru itu masih harus diteliti lebih jauh. Terutama dengan uji karbon, untuk menentukan umur binatang purba itu dan merekonstruksi seluruh bentuk fisiknya.
Penggalian dilakukan lebih dalam lagi, untuk mencari bagian fosil lainnya yang bisa membuktikan, apakah fosil itu merupakan binatang melata biasa atau memang seekornaga yang diduga hidup lebih muda beberapa ribu tahun dari zaman binatang purba Dinosaurus, T-Rex, Brontosaurus dan binatang-binatang purba lainnya.
Namun dari ukuran tubuh, yang bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan sejenis dinosaurus, diduga kuat temuan itu memang adalah sejenis ular pemangsa. Karena terlihat dari taringnya yang sangat tajam yang mengarah ke dalam, seperti halnya pada binatang pemangsa lainnya yang ditemukan lebih dahulu seperti T-Rex.
Nenek Moyang Ular
Profesor So Bingqi, seorang arkeolog terkenal di China dan merupakan Ketua Asosiasi Arkeolog Cina mengungkapkan, temuan terbaru itu masih harus diteliti lebih jauh. Terutama dengan uji karbon, untuk menentukan umur binatang purba itu dan merekonstruksi seluruh bentuk fisiknya.
Penggalian dilakukan lebih dalam lagi, untuk mencari bagian fosil lainnya yang bisa membuktikan, apakah fosil itu merupakan binatang melata biasa atau memang seekornaga yang diduga hidup lebih muda beberapa ribu tahun dari zaman binatang purba Dinosaurus, T-Rex, Brontosaurus dan binatang-binatang purba lainnya.
Namun dari ukuran tubuh, yang bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan sejenis dinosaurus, diduga kuat temuan itu memang adalah sejenis ular pemangsa. Karena terlihat dari taringnya yang sangat tajam yang mengarah ke dalam, seperti halnya pada binatang pemangsa lainnya yang ditemukan lebih dahulu seperti T-Rex.
Nenek Moyang Ular
Penelitian
di sekitar lembah Sungai Liachoe terus dilanjutkan para arkeolog, untuk
menentukan apakah temuan ini hanya satu-satunya bukti atau masih ada
yang lain. Ternyata dugaan dari para arkeolog itu tidak sia-sia,
penggalian di “Red Mountain Goddes”, ternyata ditemukan bukti lainnya
yang saling mendukung. Temuan serupa di lokasi ini, menemukan beberapa
bukti lain yang menguatkan keberadaan naga itu.
Baik arkeolog Bingqi maupun Daahun, anggota Tim Kerja pencari bukti keberadaannaga itu menyimpulkan, ular yang selama ini dimitoskan itu memang ada. Hanya apakah bentuknya memang sempurna, seperti nagayang digambarkan dalam bentuk patung seperti di biara atau hanya ular purba biasa? Semua itu masih dalam tanda tanya. Para arkeolog masih mencari bukti-bukti lain, dan merekonstruksinya secara sempurna.
Untuk sementara, mereka berhasil merekonstruksi temuan fosil itu adalah sejenis binatang ular purba. Hal ini terlihat jelas, dari kerangka kepala yang mengarah pada sebuah kerangka ular. Namun masih belum sempurna, karena beberapa bagian lain yang diduga berupa tulang rawan bentuknya masih samar-samar. Tapi semua arkeolog meyakini, fosil itu adalah fosilnaga, nenek moyang ular-ular sekarang.
Mengenai keraguan bentuk naga sebenarnya, untuk sementara mereka sepakat gambaran patung-patung naga yang dibuat sejak ribuan tahun lalu, diduga kuat itu mewakili bentuk ular naga sebenarnya meski bukti-bukti pendukungnya masih dideteksi.
Mereka juga setuju bahwa gambaran yang ditemukan dalam bentuk patung giok naga(patung dari hancuran emas dan perungu, diperkirakan berumur 8.000 tahun lebih) merupakan gambaran bentuk asli dari naga yang kini tinggal fosilnya.
Baik arkeolog Bingqi maupun Daahun, anggota Tim Kerja pencari bukti keberadaannaga itu menyimpulkan, ular yang selama ini dimitoskan itu memang ada. Hanya apakah bentuknya memang sempurna, seperti nagayang digambarkan dalam bentuk patung seperti di biara atau hanya ular purba biasa? Semua itu masih dalam tanda tanya. Para arkeolog masih mencari bukti-bukti lain, dan merekonstruksinya secara sempurna.
Untuk sementara, mereka berhasil merekonstruksi temuan fosil itu adalah sejenis binatang ular purba. Hal ini terlihat jelas, dari kerangka kepala yang mengarah pada sebuah kerangka ular. Namun masih belum sempurna, karena beberapa bagian lain yang diduga berupa tulang rawan bentuknya masih samar-samar. Tapi semua arkeolog meyakini, fosil itu adalah fosilnaga, nenek moyang ular-ular sekarang.
Mengenai keraguan bentuk naga sebenarnya, untuk sementara mereka sepakat gambaran patung-patung naga yang dibuat sejak ribuan tahun lalu, diduga kuat itu mewakili bentuk ular naga sebenarnya meski bukti-bukti pendukungnya masih dideteksi.
Mereka juga setuju bahwa gambaran yang ditemukan dalam bentuk patung giok naga(patung dari hancuran emas dan perungu, diperkirakan berumur 8.000 tahun lebih) merupakan gambaran bentuk asli dari naga yang kini tinggal fosilnya.
Pada
akhirnya bukti-bukti bahwa naga pernah ada, layak didukung dengan
harapan hendaknya hewan ini wakil dari wujud kebaikan. Sebab bukan tidak
mungkin, pemujaan Bangsa China maupun bangsa lainnya dikarenakan suatu
hal baik yang pernah dilakukan oleh naga atau “ hewan sejenis ular
besar” kepada manusia di masa-masa lampau.
Bangsa dan Negara yang Memiliki Kisah Naga :
China : disebut Long, berbentuk ular dengan empat kaki yang berkuku
Vietnam : disebut Rong
Jepang : disebut Ryu, memiliki tiga kuku tajam
Korea : disebut Yong ( naga langit) , Yo (naga laut) dan Kyo (naga gunung)
Siberian : disebut Yilbegan – India : dikenali Vyalee dan banyak diukir di kuil Selatan India.
Germanic/Scandinavian : disebut Lindworm, berbentuk ular besar yang berkaki dua.
Wales : disebutY Ddraig Goch, naga merah yang tertera pada bendera negeri itu.
Hungarian : disebut Zomok, berbentuk ular yang tinggal dalam paya dan seringmemangsa khinzir atau biri-biri. Sárkánykígyó, berbentuk ular berkepak. Sárkány, naga berbentuk manusia yang memiliki banyak kepala.
Slavic : disebut Zmey, Zmiy dan Zmaj , menyerupai naga Eropa tetapi memiliki banyak kepala, dapat menyemburkan api.
Romanian : disebut Balaur, memiliki sirip, berukuran besar dan berkepala banyak. Chuvash: disebut Vere Celen, Amerika- Meso-amerika: disebutAmphitere,Inca: disebut Amaru, Brasil: dikenali sebagai Boi-tata
Vietnam : disebut Rong
Jepang : disebut Ryu, memiliki tiga kuku tajam
Korea : disebut Yong ( naga langit) , Yo (naga laut) dan Kyo (naga gunung)
Siberian : disebut Yilbegan – India : dikenali Vyalee dan banyak diukir di kuil Selatan India.
Germanic/Scandinavian : disebut Lindworm, berbentuk ular besar yang berkaki dua.
Wales : disebutY Ddraig Goch, naga merah yang tertera pada bendera negeri itu.
Hungarian : disebut Zomok, berbentuk ular yang tinggal dalam paya dan seringmemangsa khinzir atau biri-biri. Sárkánykígyó, berbentuk ular berkepak. Sárkány, naga berbentuk manusia yang memiliki banyak kepala.
Slavic : disebut Zmey, Zmiy dan Zmaj , menyerupai naga Eropa tetapi memiliki banyak kepala, dapat menyemburkan api.
Romanian : disebut Balaur, memiliki sirip, berukuran besar dan berkepala banyak. Chuvash: disebut Vere Celen, Amerika- Meso-amerika: disebutAmphitere,Inca: disebut Amaru, Brasil: dikenali sebagai Boi-tata
sumber:http://omahkeoong.blogspot.com/2012/05/sylvester-stallone-terlihat-di-lukisan.html#ixzz1vVQFrqBT
Label:
Pengetahuan,
Unik
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !