Hewan Penjaga Dajjal di Sebuah Pulau
Written By Unknown on 4/29/2012 | 16.09.00
Ia
telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yang pernah aku katakan
kepada kalian tentang al Masih ad-dajjal. Ia mengisahkan perjalanannya
kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang
laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka
terombang-ambing oleh ombak (badai) selama satu bulan. Hingga mereka
terdampar di sebuah pulau ditengah laut didaerah tempat terbenamnya
matahari, Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat yang terletak
sangat dekat dengan kapal.
Setelah
itu mereka masuk kedalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan
seekor binatang yang berbulu lebat sehingga mereka tidak dapat
memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya karena tertutup oleh
bulunya yang terlalu banyak.
Mereka
berkata,”Celaka, dari jenis apakah kamu ini.” Ia menjawab,”Saya
adalah al jassasah. Mereka bertanya,”Apakah al jassasah itu? (tanpa
menjawab) ia berkata,”Wahai orang-orang pergilah kalian kepada seorang
laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin
mendengarkan berita-berita dari kalian!”
Tamim
ad Dari berkata,”Ketika ia telah menjelaskan kepada kami tentang
laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah
setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara
tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang
pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya
terikat ke pundaknya serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya
terbelenggu dengan besi.
Kami
berkata, ”Celaka, siapakah kamu ini?’ ia menjawab,”Takdir telah
menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka
kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?’ Mereka menjawab,”Kami adalah
orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami
menghadapi sebuah laut yang berguncang lalu kami terombang-ambing di
tengah laut selama satu bulan dan teradamparlah kami di pulau ini.
Lalu
kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk
pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak
bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya
karena banyak bulunya.
Maka kami berkata,’Celaka, apakah kamu ini?’ ia
menjawab,”Aku adalah al jassasah.’ (Tanpa menjawab) ia
berkata,”Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara
itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang
kalian bawa! Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut
bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan.”
Ia
(laki-laki besar yang terikat itu) berkata, ”Beritakanlah kepada saya
tentang pohon-pohon korma yang ada didaerah Baisan?” Kami berkata,”Apa
yang ingin kamu ketahui tentangnya?” Ia berkata,”Saya menanyakana
pakah pohon-pohon korma itu berbuah?’ Kami menjawab,’Ya.’ Ia
berkata,’Adapun pohon-pohon korma itu maka ia (sebentar lagi) hampir
saja tidak akan berbuah lagi.’
Kemudian
ia berkata lagi,”Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia.’ Mereka
berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya? Ia bertanya,”Apakah
ia tetap berair?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’adapun airnya, maka
ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis.’
Kemudian
ia berkata lagi,’Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.’
Mereka menjawab,’Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’ Ia
bertanya,”Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih
bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?’ Kami
menjawab,’benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air
itu.’
Lalu
ia berkata lagi, ’Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi, apa
sajakah yang sudah ia perbuat?’ Mereka menjawab,’Dia telah keluar dari
Mekkah menuju Madinah.’ Lalu ia bertanya,’Apakah ia diperangi oleh
orang-orang Arab?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia bertanya,’Apakah yang ia
lakukan terhadap mereka?’ Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia
(Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya
dan mereka menaatinya.’ Lalu ia berkata,’Apakah itu semua telah
terjadi?’ kami menjawab,’Ya.’ Ia berkata,’Sesungguhnya adalah lebih
baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan
kepada kalian tentang diriku.
Aku adalah al masihuddajjal dan
sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan
keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung
(negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekkah
dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin
memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat
yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk
menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya
terdapat malaikat yang menjaganya.
Ia
(Fathimah, si perawi hadits) berkata, ”Rasulullah saw bersabda sambil
menghentakkan tongkatnya diatas mimbar, ”Inilah Thaibah, inilah
Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah
menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?’ Orang-orang (para
sahabat) menjawab,”Benar.’ Beliau saw berkata,’Saya tertarik dengan
apa-apa yang dikatakan oleh Tamim ad Dari, karena ia bersesuaian
dengan apa-apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah
dan Mekkah. Bukankah ia (tempat dajal) terletak di laut Syam atau
laut Yaman? Dimana Rasulullah saw mengisyaratkan tangannya kearah
timur. Ia (Fathimah) berkata,”Hal ini saya hafalkan dari Rasulullah
saw.” (HR. Muslim)
Didalam
riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah mengakhirkan
shalat isya pada suatu malam kemudian beliau saw keluar dan
bersaba,”Aku terhalangi oleh kisah yang diceritakan oleh Tamim ad Dari
tentang seorang laki-laki di sebuah pulau di tengah laut. Dan ketika
ada seorang wanita yang terurai rambutnya lalu ada yang
bertanya,”Siapakah kamu?’ wanita itu menjawab,”Aku adalah al jassasah.
Dan pergilah ke biara itu.’ Maka aku (Tamim ad Dari) pun pergi
menemui seorang laki-laki yang terurai rambutnya dan terbelenggu oleh
besi melompat-lompat antara langit dan bumi.’ Aku pun
bertanya,’Siapakah kamu?’ dia menjawab,’Aku adalah dajjal. Apakah
telah diutus seorang nabi yang ummi?’ Aku menjawab,’benar.’ Dia
berkata,’Apakah mereka menaatinya atau maksiat terhadapnya?’ aku
menjawab,’bahkan mereka menaatinya.’ Dia berkata,’hal itu lebih baik
bagi mereka.”
Didalam
menjelaskan tentang al jassasah ini, al ‘Alamah Abu Thayib Abadi
mengatakan bahwa mereka (rombongan Tamim) bertemu dengan seekor
binatang melata yang berambut sangat lebat lalu binatang itu
ditanya,”Siapakah kamu?’ dia menjawab,”Aku adalah al jassasah.” Ada yang
mengatakan bahwa untuk menggabungkan antara dia riwayat tersebut
yaitu bahwa dajjal memiliki dua al jassasah. Yang pertama adalah
seekor binatang sedangkan yang kedua adalah seorang wanita.
Ada
kemungkinan juga bahwa al jassasah adalah setan yang kadang
menyerupai seekor binatang melata dan kadang menyerupai seorang wanita.
Dan setan memiliki kemampuan untuk merubah bentuk dalam bentuk apa
saja yang dia inginkan.
Atau
ada kemungkinan bahwa ia adalah seorang wanita, karena wanita juga
dinamakan dengan binatang melata sebagai bentuk kiasan sebagaimana
firman Allah swt :
Artinya,”Dan
tidak ada suatu binatang melata (makhluk Allah yang bernyawa) pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Huud : 6) –
(Aunul Ma’bud juz XI hal 334 – 335)
Dari
hadits tersebut diatas dapat diketahui bahwa dajjal saat ini ada
bahkan sejak zaman Nabi saw dan masih dipenjarakan di suatu pulau
ditengah laut begitu pula dengan al jassasah yang bertugas mencari-cari
berita untuk dajjal.
Perilaku Tajassus Dalam Keseharian
Tentang
al jassasah ini, Imam Nawawi mengatakan bahwa dinamakan al jassasah
dikarenakan binatang itu ditugaskan untuk tajassus atau memata-matai
dan menyelidiki untuk mencari berbagai berita yang akan diberikan
kepada dajjal. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 104)
Ibnu
Manzhur mengatakan bahwa al jassasah berada disuatu pulau ditengah
laut memata-matai sambil mencari berita yang akan diberikan kepada
dajjal. Sebagaimana disebutkan didalam hadits Tamim ad Dari, yang
mengatakan,”Saya adalah al jassasah” yaitu binatang yang dilihat
disuatu pulau ditengah laut. Dan dinamakan dengan nama itu dikarenakan
binatang itu mencari berbagai berita untuk diberikan kepada dajjal.
(Lisanul Arab juz VI hal 38)
Penuturan
Imam Nawawi dan Ibnu Manzhur diatas adalah menurut arti bahasanya
yang berarti memata-matai, mengintip atau menyelidiki. Sehingga orang
yang senantiasa berusaha mencari-cari berita atau informasi disebut
dengan al jaasuus. Al Jaasuus juga dipakai untuk orang yang senantiasa
mencari-cari aib atau cacat orang lain, sebagaimana disebutkan
didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah
saw bersabda,”Janganlah kalian saling memata-matai…”
Dan
mereka semua tidaklah bisa disebut dengan al jassasah dikarenakan
dalil-dalil yang menceritakan tentang al jassasah tidaklah
diperuntukkan bagi mereka, sebagaimana penjelasan diatas meskipun
secara lahiriyahnya ada kesamaan perilaku antara keduanya yaitu
sama-sama mencari berita. Wallahu A’lam
source :lintas.me
Label:
Islami,
Pengetahuan
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !